Kamis, 08 September 2011

Performans ayam kampung

Ayam kampung mempunyai variasi fenotip yang cukup besar diantara daerah yang berbeda di Indonesia, sehingga ayam kampung belum dapat dimasukkan dalam ras tertentu. Berat badan anak ayam kampung adalah 27, 60 + 1,50 g (Mansjoer dan Martojo, 1977), 33,33 + 4,08 g (Suryono,1983) dan 27 + 32,3 g (Prasetyo, 1983), sedangkan berat badan anak ayam broiler adalah 38,9 g (Rasyaf, 1991).
            Ayam kampung yang dipelihara secara tradisional menghasilkan pertambahan berat badan sebesar 17,533 + 8,028 g/ekor/minggu (Wismaneli, 1983) , namun dengan pemberian ransum yang baik dan pengandangan akan memberi pertambahan berat badan yang lebih tinggi yaitu 53,23 g/ekor/minggu (Hardjosubroto dan Atmojo, 1977).
            Kingston (1979) dan Wijayanti (1982) melaporkan bahwa berat badan rata rata ayam kampung umur 8, 10 dan 12 minggu yang dipelihara secara tradisional ekstensif masing – masing 259,63 ; 454,0 dan 550,42 g, sedangkan Hardjosubroto dan Atmojo       (1977), Mansjoer dan Martojo (1977) melaporkan bahwa berat badan rata – rata ayam kampung umur 8, 10 dan 12 minggu yang dipelihara secara semi intensif adalah 370,0 ; 552,34 dan 713,45 g. Dibandingkan dengan ayam kampung yang dipelihara secara ekstensif, pertumbuhan ayam kampung yang dipelihara dengan semi intensif memiliki pertumbuhan yang relatif lebih baik. Hal ini menunjukkan adanya perbaikan ransum dan pengaruh lingkungan yang lebih baik (Suryono, 1983). Selanjutnya Mansjoer dan Martojo (1977) menyatakan bahwa selain melalui perbaikan ransum, peningkatan produktivitas ayam kampung dilakukan melalui peningkatan mutu genetik dan pengelolaannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar