Ayam kampung adalah ayam lokal yang tersebar di seluruh pelosok daerah Indonesia, biasanya dipelihara bebas dan untuk usaha sambilan. Ayam kampung adalah keturunan dari Gallus gallus atau Red Jungle Fowl yang sudah mengalami domestikasi puluhan tahun. Salah satu ciri ayam kampung adalah sifat genetisnya yang tidak seragam. Warna bulu, ukuran tubuh, dan kemampuan produksinya tidak sama merupakan cermin keragaman genetisnya.
Ayam kampung memiliki bobot hidup antara 600 – 720 g, mempunyai kelebihan antara lain lebih tahan terhadap stress dan penyakit, dagingnya disukai karena rendah lemaknya, namun ayam kampung memiliki kekurangan yaitu lambat perkembangbiakannya karena telurnya sedikit dan sifat mengeramnya yang tinggi, serta kerangka tubuhnya yang kecil mengakibatkan tubuhnya kecil juga, akibatnya untuk memproduksi daging diperlukan waktu yang lama. Bila dibandingkan ayam ras, produktivitas ayam kampung memang masih dibawahnya, namun untuk selera, masyarakat Indonesia masih memilih ayam kampung karena dagingnya yang liat, sedikit lemak dan enak meskipun harganya relatif lebih mahal. Masyarakat juga masih banyak memilih telur ayam kampung, harga telurpun lebih stabil tidak berubah seperti harga telur ayam ras, bahkan banyak dijual per butir tidak kiloan seperti telur ayam ras (Kholis dan Sitanggang, 2002). Menurut Direktorat Jenderal Peternakan (2007) populasi ayam kampung mencapai 317 juta ekor yang menyebar merata diseluruh pelosok tanah air dan di Provinsi Bali jumlah populasinya mencapai 4,5 juta ekor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar